Sabtu, 26 Januari 2013

Bulan Biru

post by RisTiya_wOo at 3:40:00 PM 0 komentar
by:Cerpen Gus tf Sakai (Kompas, 6 Januari 2013)

Bulan Biru ilustrasi M Bundhowi
AKU tahu, kau mengenal bulan biru. Bulan bulat sempurna kedua pada kalender Masehi di bulan yang sama. Purnama ke-13 yang muncul periodik dua atau tiga tahun karena selisih 10,6 hari setiap tahunnya. Tetapi, pernahkah kau melihat purnama kedua itu, dalam setiap 106 kali kemunculan, mengembalikan apa pun kejadian ke suatu malam lain di lain zaman?
Dan malam itu, pada zaman di mana para binatang bisa bicara seperti manusia, seorang gadis cilik disuruh ibunya ke sumur, mengambil belanga. “Belanga yang sudah Ibu cuci ya Nak, telungkup di atas bantalan.”
Si gadis menjawab, “Ya, Bu,” seraya bergegas melangkah ke sumur. Tetapi, saat menjulurkan tangan meraih belanga, di bawah terang pendar purnama, ia terkejut. Belanga itu bergerak, merayap turun dari bantalan.
“Bu, Ibu!” teriak si gadis, “Belanganya merayap!”
“Apa?!” suara si Ibu kaget, tak kalah heran. Kepala si Ibu menjulur dari pintu dapur. “Ayo Nak, cepat tangkap!”
Patuh, si anak menyergap. Tetapi si belanga, yang sebenarnya adalah seekor kura-kura, menggelicit dari tangkup tangan si gadis, terus meluncur ke arah sungai.
“Bu, belanganya lari! Ke arah sungai!”
“Ayo, Nak, cepat kejar!”
Si gadis cilik yang masih tak sadar yang disangkanya belanga adalah kura-kura, dengan patuh lalu mengejar. Tetapi, begitulah, pada zaman di mana kura-kura bisa bergerak cepat seperti buaya, usaha itu cuma sia-sia. Si gadis tergelincir, tepat saat si belanga melompat ke sungai. Si gadis terguling, ikut jatuh ke sungai, seolah menyusul si kura-kura. Dan lalu, entah bagaimana caranya, mereka kemudian tersedot, bagai diisap diputar arus, terseret ke kedalaman. Dan entah bagaimana pula caranya, tiba-tiba mereka telah terempas, berada dalam lukah raksasa.
Seiring dengan kesadaran (tentu juga keheranan) si gadis yang tetap bisa bernapas, tak megap-megap seolah masih berada di udara bebas, lukah raksasa tiba-tiba sirna. Malam, dan di langit masih purnama. Namun aneh, warna bulan seperti berbeda. Biru? Si gadis mengamati sekeliling, dan tiba-tiba sadar: tak ada lagi sungai, tak lagi tampak rumahnya. “Kita berada di mana?” desis suara, tiba-tiba pula, terdengar dari dekat kakinya.
Si gadis cilik menundukkan wajah, mengerjap-ngerjap menajamkan mata. Di bawah lindap biru purnama, ia mengenali sumber suara: si belanga. Barulah si gadis cilik sadar yang sejak mula disangkanya belanga ternyata seekor kura-kura. Ah, bodohnya. Tetapi, bodoh atau tidak, kini, tak lagi sempat ia pikirkan. Apalagi saat suara kecil si kura-kura jadi lengking ketika berteriak:
“Lihat!”
Di depan mereka, bagai tersingkap dari kelam (atau dari kabut?), orang-orang berlalu-lalang. Bukan, bukan berlalu-lalang, melainkan ramai-ramai bekerja, gotong-royong membangun sesuatu. Bukan, bukan gotong-royong, melainkan seperti berpesta, karena bekerja dengan sorai “Huraaa!” dan gelak tawa.
Si gadis cilik tertegun. Si kura-kura terlongong. Bangunan apakah yang sedang orang-orang ini kerjakan? Sangat besar, sangat tinggi. Begitu besarnya, hingga seolah menutup keluasan pandang. Begitu tingginya, hingga seolah menjangkau mencapai bulan.
Aku tahu, kau mengenal banyak bangunan aneh. Bangunan ajaib, tak masuk akal, yang tak mungkin diciptakan oleh suatu masyarakat pada suatu zaman. Stonehenge di Wiltshire, patung-patung vulkanik di Pulau Paskah, ataupun piramida yang berserak menyebar tak habis-habis di sepanjang Sungai Nil. Tanpa ada paku, lem, atau perekat apa pun, bagaimana cara menyusun ribuan batu yang beratnya puluhan ton?
Dan kini, pada suatu tempat di zaman sekarang, hal serupa juga terjadi. Sebuah bukit, setelah kebetulan longsor dan digali, ternyata adalah bangunan raksasa, dari zaman sangat lama, yang bahkan tak mungkin diciptakan oleh masyarakat modern masa kini. Profesor Kipling, si pemimpin ekskavasi, tercengang, takjub, dan lebih takjub lagi saat mendapati kenyataan si bangunan ditemukan dalam masyarakat yang sama sekali tak mengenal tugu atau candi. “Kenapa bisa?” desisnya.
Dan desis itu, karena berkaitan dengan ilmu lain yang bukan bidangnya, membuat Profesor Kipling butuh profesor lain, Dananjaya, antropolog lokal, yang justru lebih tercengang lagi. “Dalam suku, dalam kultur masyarakat adat egaliter yang tak kenal peringatan berupa bangunan … kenapa bisa?”
Ketercengangan Profesor Dananjaya bertahan lama. Sangat lama. Bahkan lebih lama dari Profesor Kipling yang setelah si bangunan raksasa selesai diekskavasi, tuntas direnovasi, kembali ke negaranya.
Ketercengangan Profesor Dananjaya bertahan lama. Sangat lama. Bahkan diteruskan kepada muridnya, Profesor Mulyana, yang tak henti-henti memikirkan sebuah bangunan berupa pemujaan (atau prasasti?) ditemukan dalam masyarakat adat yang sistem kepemimpinannya tak berada di tangan seorang raja atau otokrasi.
Eh, otokrasi?
Tentu saja, tentu saja ada otokrasi di suku ini. Profesor Mulyana tahu, bentuk kepemimpinan dalam masyarakat adat suku ini berasal dari dua datuk: Datuk Perpatih Nan Sabatang dan Datuk Katumanggungan. Datuk pertama memang percaya bahwa sumber gagasan, inisiatif, dan keputusan berasal dari rakyat karena rakyatlah yang sebenarnya tahu apa yang mereka butuhkan. Tetapi datuk kedua, Katumanggungan, bukankah selamanya percaya bahwa pemimpin adalah sumber gagasan, sumber inisiatif, dan sumber keputusan?
Datuk Katumanggungan … ya, datuk yang menyebut bentuk kepemimpinannya sebagai menetes dari langit dan suatu keputusan diambil dengan bertangga turun. Ya, bukankah itu otokrasi?
Aku tahu, kau bakal mengenal bangunan itu. Bangunan yang dilihat si gadis cilik, yang disaksikan si kura-kura, saat purnama berubah warna. Waktu. Bulan merah menjelma biru, malam terang jadi kelabu, semua melompat ke masa lalu. Waktu. Saat waktu seolah melipat, ujung satu bertemu ujung lainnya, apakah yang mampu bertahan, adakah yang masih bisa tersimpan, sebagai rahasia?
Dan malam itu, demikianlah, seekor bebek mendekati si gadis cilik dan si kura-kura. Sebelum mereka sempat bertanya, si bebek berkata bagai bergumam, “Begitu licik, begitu dalam goda kuasa.”
“Maksudmu?” tanya si kura-kura. Mereka masih sama tertegun, sama tercengang. Dalam samar, dalam lindap (atau dalam kabut?) sinar bulan biru, mereka lihat orang-orang menghela, menyeret, dan mendorong bongkah-bongkah batu. Batu-batu itu dipindahkan, dinaikkan, dengan tali, tangga-tangga dan roda-roda. Sesekali aba-aba, lalu sorak “Huraaa!” dan gelak tawa.
Si bebek masih diam (atau mungkin seperti berdesah), hingga si kura-kura kembali bertanya. “Maksudmu?”
“Maksudku … mm ya, bangunan itu.”
“Ada apa dengan bangunan itu? Mereka membikin apa? Dan kenapa licik? Lalu, yang kausebut goda kuasa?”
“Ah pertanyaanmu kok sekaligus. Ayolah, satu-satu.”
“Baik. Ini dulu: mereka membikin apa?”
“Ya seperti kalian lihat, mereka membikin bangunan. Dari batu-batu. Batu-batu yang bahkan didatangkan dari jauh. Bukan dari sini.”
“Lho, kenapa dari jauh? Kenapa bukan dari sini?”
“Ya memang harus begitu. Biar bangunan ini selesai lebih lama. Dan biar lebih sulit.”
“Loh, aneh. Bukankah mestinya dibuat lebih mudah. Dan secepat mungkin.”
“Itu bagi kita, atau bagi orang-orang yang bekerja. Tetapi bagi raja, tidak.”
“O,” si kura-kura menatap si bebek, “jadi, bangunan ini dibuat atas perintah raja? Lalu, kenapa raja ingin bangunan ini selesai lebih lama dan lebih sulit?”
“Itulah yang tadi kusebut goda kuasa. Dengan lebih lama dan lebih sulit, orang-orang, para rakyat ini, hanya akan terpaku pada pembangunan ini. Rakyat akan jadi lupa bagaimana raja menjalankan negara. Rakyat jadi tak peduli pada apa pun, juga pada berapa lama sang raja berkuasa.”
“Tetapi,” si kura-kura seperti kurang puas, seperti kurang mengerti, “mereka bekerja dengan gembira. Tak ada masalah bagi orang-orang ini, bagi rakyat ini. Kau lihat, betapa riangnya mereka.”
“Haa, kau juga tertipu. He he. Memang begitulah. Rakyat sengaja dibuat lengah. Raja akan bilang ini-itu, membuat cerita ini-itu, menciptakan mitos ini-itu, agar rakyat merasa telah melakukan hal sangat penting, sesuatu yang sangat berharga. Mereka jadi riang. Jadi bangga. Itulah sebab kenapa tadi kubilang licik.”
“Mmm …,” si kura-kura masih akan berkata, tetapi kemudian memilih diam. Diangkatnya wajah, tengadah, menatap ke puncak bangunan. Menembus lindap. Menembus kabut? Tinggi. Lebih tinggi. Bulan biru. Bulan waktu.
Aku tahu, kau mengenal bulan itu. Bulan biru, bulan waktu. Mungkin kau peduli, entah, mungkin juga tak peduli, entah, saat malam seperti berjubah dan kabut bagai merendah. Mungkin seseorang akan tersedot, entah, mungkin juga akan terisap atau terlempar, entah, saat purnama berubah warna dan si seseorang telah berada di lain masa. Si seseorang itu, kau lihat, tidakkah ia Profesor Mulyana?
Dan malam itu, pada zaman di mana para binatang bisa bicara seperti manusia, Profesor Mulyana bertemu dengan seekor kura-kura. Ya, kura-kura yang sudah kau tahu, dan kini jadi jawab, segala ketercengangan Profesor Mulyana.
“Goda kuasa?” gumam Profesor Mulyana, masih tak percaya, ketika si kura-kura menyelesaikan cerita.
“Ya,” jawab si kura-kura pendek, “karena begitulah kata si bebek.” (*)

Korea Ciptakan Baterai Yang Dapat Dilipat

post by RisTiya_wOo at 3:29:00 PM 0 komentar
Unic29.comSetelah Samsung mengembangkan layar fleksibel Youm, kini saatnya menghadirkan pelengkapnya. Ilmuwan Korea telah menciptakan baterai super tipis dan fleksibel. Baterai ini kelak dapat melengkapi gadget dengan layar besar yang dapat dilipat ke dalam saku.  Dilansir sistemgue.
Salah satu keterbatasan utama dari perangkat portable adalah ukuran layar. Ponsel, tablet dan e-reader yang ada di pasar saat ini memiliki bentuk yang kaku, sehingga memiliki keterbatasan ketika disimpan dalam saku atau tas tangan. Tapi akan lain ceritanya jika gadget dapat dilipat.
Meski saat ini telah dikembangkan layar fleksibel, namun komponen lain tidak begitu mudah beradaptasi, khususnya baterai, yang cenderung menjadi salah satu bagian terbesar dari perangkat portable. Baterai lipat ini akan menjadi langkah besar untuk menuju gadget fleksibel.
Profesor Keon Jae Lee dari Korea Advanced Institute Sains and Technology dan timnya baru saja mewujudkannya. Lee mampu menciptakan baterai lithium-ion setipis silet dan dapat mempertahankan tegangan bahkan ketika sedang ditekuk. Anda bisa melihat videonya di bawah ini.
Saat ini Lee sedang mencari teknik untuk produksi massal dan kemungkinan akan menyusun baterai untuk daya output yang lebih besar. Bagaimana dengan Anda, tertarik untuk memiliki gadget fleksibel yang dapat dilipat?

Senja Di Tepi Kahayan

post by RisTiya_wOo at 3:29:00 PM 0 komentar

by ; Syair Kelana


Burung2 hinggap di dahan senja
Gemulai tarian angin membelai tepian sungai
Lanting2 terdiam di remang petang
Senja ini hampir tenggelam
Seperti sebuah penantian yg berujung murung

Denting merdu alunan "Karungut"
Mencoba mengusir gelisah jiwa sang perawan
Menanti kembara menjemput janji
Tlah di hampar pelaminan maghligai
Dingin tak tersentuh..

Seperti senja sandikala..
Uraian air mata basahi kedalaman sukma
Menutup pintu dan jendela mimpi "rumah betang"
Senja ini berkabut penuh misteri
Semisteri patung "sapundu" yg membisu

Senja tlah berganti malam..
Deru perahu "klotok" makin menjauh
Sungai Kahayan tetap beriak lembut
Setia temani sang perawan dalam penantian
Sampai senja selanjutnya..

Palangkaraya 05122012

Catatan:
Lanting~rumah terapung di tepi sungai

Karungut~alat musik khas dayak

Betang~rumah adat dayak dihuni beberapa keluarga

Sapundu~patung kayu di ukir di tancap di halaman rumah sbagai penghormatan pada para leluhur

Klotok~perahu kecil bermesin

Minggu, 20 Januari 2013

beberapa kata-kata yang baik ne....^_^

post by RisTiya_wOo at 4:55:00 PM 0 komentar
 Kata-kata memotivasiku untuk bangkit dari keterpurukan dan menjadikan pelajaran yang dapat di gali setiap makna di dalamnya.^_^








Selasa, 15 Januari 2013

Cinta Sejati- Bunga Citra Lestari

post by RisTiya_wOo at 4:59:00 PM 0 komentar
Manakala hati menggeliat mengusik renungan
Mengulang kenangan saat cinta menemui cinta
Suara sang malam dan siang seakan berlagu
Dapat aku dengar rindumu memanggil namaku

Saat aku tak lagi di sisimu
Ku tunggu kau di keabadian

Aku tak pernah pergi, selalu ada di hatimu
Kau tak pernah jauh, selalu ada di dalam hatiku
Sukmaku berteriak, menegaskan ku cinta padamu
Terima kasih pada maha cinta menyatukan kita

Saat aku tak lagi di sisimu
Ku tunggu kau di keabadian

Cinta kita melukiskan sejarah
Menggelarkan cerita penuh suka cita
Sehingga siapa pun insan Tuhan
Pasti tahu cinta kita sejati

Saat aku tak lagi di sisimu
Ku tunggu kau di keabadian

Cinta kita melukiskan sejarah
Menggelarkan cerita penuh suka cita
Sehingga siapa pun insan Tuhan
Pasti tahu cinta kita sejati

Lembah yang berwarna
Membentuk melekuk memeluk kita
Dua jiwa yang melebur jadi satu
Dalam kesunyian cinta

Cinta kita melukiskan sejarah
Menggelarkan cerita penuh suka cita
Sehingga siapa pun insan Tuhan
Pasti tahu cinta kita sejati

Permata Yang Indah

post by RisTiya_wOo at 3:59:00 PM 0 komentar

Apa yang ku punya saat ini adalah buah kasih yang telah ku terima

Buah kasih yang syarat akan makna

Aku tak dapat berkata apapun

Apa yang telah ia berikan begitu luar biasa untuk hidupku

 

Tau kah kau siapa ia….??

Tentunya kedua orang tua yang selalu menyayangi kita

Aku sangat bangga mempunyai mereka

 

Andai aku diperkenankan memilih antara emas permata dan berlian

Itu semua tidak akan ada artinya!!!!

Di banding kedua orang tuaku.

Ayah dan Ibu, harta yang lebih berarti dan lebih mahal bagiku

 

Saat aku lemah, mereka memelukku dengan cinta

Walau aku tak merasakan pelukan itu, tapi apa yang mereka berikan kepadaku adalah kasih sayang dan cinta yang sangat mendalam

 

Tidakkah kau tau, aku tidak pernah memiliki waktu panjang

Aku selalu membuang-buang waktuku hanya dengan tugas

Dan terkadang aku membuang-buang waktu dengan hal-hal yang tidak pernah ku fikirkan sebelumnya

 

Aku sangat kecewa jika waktu yang ada ini tak pernah ku manfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk bersama ayah dan ibuku

 

Sahabatku…., sayangilah Mama, papa, ayah, ibu, abi, umi kalian dengan penuh cinta.

Jangan kau pentingkan yang lain, utamakanlah cinta dan kasih sayangmu untuk mereka.

 

Kau tak salah namun kau harus bertindak yang tepat.

Jumat, 11 Januari 2013

Ini nih info tentang sekolah bertitle "RSBI"

post by RisTiya_wOo at 10:32:00 AM 2 komentar
Menurut info-info minggu ini, di berita dikabarkan bahwa sekolah "RSBI" di bubarkan.


"RSBI kan sudah 'almarhum'. Yang menjadi masalah adalah diskriminasi antara siswa yang tidak mampu tetapi tidak bisa menikmati RSBI. Ini yang harus diselesaikan dengan tetap menjaga kualitas pendidikan di Indonesia," kata Nuh, saat ditemui di Kementerian Perekonomian Jakarta, Rabu (8/1/2013) malam.

kualitas pendidikan tetap harus menjadi prioritas. Sebab, sekolah di Indonesia juga akan bersaing dengan sekolah internasional di luar negeri. Dengan kondisi itu, maka sekolah-sekolah di Tanah Air juga diminta terus meningkatkan kualitas pendidikannya, walau RSBI sudah dihapus. 

 Menurutnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan menindaklanjuti putusan MK. Diberitakan sebelumnya, MK memutuskan untuk mengabulkan permohonan uji materi atas Pasal 50 ayat 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengatur soal RSBI. Dampak dari keputusan itu adalah dihilangkannya RSBI dalam sistem pendidikan di Indonesia. Keputusan itu dibuat MK setelah memeriksa bukti dan mendengarkan pendapat pemerintah serta anggota legislatif.  

keberadaan RSBI dan SBI tidak sesuai dengan konstitusi yang ada. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan adalah biaya yang mahal mengakibatkan adanya diskriminasi pendidikan. Selain itu, pembedaan antara RSBI-SBI dan non RSBI-SBI menimbulkan adanya kastanisasi pendidikan. Penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam tiap mata pelajaran di sekolah RSBI-SBI juga dianggap dapat mengikis jati diri bangsa dan melunturkan kebanggaan generasi muda terhadap penggunaan dan pelestarian bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa.


Sumber post: http://edukasi.kompas.com/read/2013/01/10/10330748/Nuh.RSBI.Bubar.Kualitas.Pendidikan.Harus.Dijaga


7 Ciri Wanita Cantik

post by RisTiya_wOo at 10:22:00 AM 0 komentar

1. Memiliki Hati yg Cantik.
yaitu hati yg slalu tawadhu' atau rendah hati, slalu brbaek sangka
kpd org laen dan kpd Rabbnya.

2. Memiliki Bibir yg Cantik.
yaitu bibir yg slalu digunakan utk dzikir dan tersenyum
kpd orang laen.

3. Memiliki Mata yg Cantik.
yaitu mata yg digunakan utk melihat hal2 yg halal
dan baek saja.

4. Memiliki Tangan yg Cantik.
yaitu kdua tangan yg ringan mmberi prtolongan kpd yg mmbutuhkan,
tangan yg gemar brsedekah dan mmbantu sesama.

5. Memiliki Kaki yg Cantik.
yaitu kaki yg slalu dibawa ke tmpt2 yg baek, ke majlis ilmu, ke masjid,
dan tempat2 utk menimba ilmu yg brmanfaat.

6. Memiliki Rambut yg Cantik.
yaitu rambut yg slalu dijaga dgn hijab,dan dilindungi
dr tangan laki2 yg bukan muhrimnya.

7. Memiliki Kulit yg Cantik.
yaitu kulit yg slalu dibalut dg kain tertutup dan terjaga
dr pandangan org laen (menutup aurat).

===============================

Kupu2 tidak tahu warna sayap mereka..
Tapi org2 tahu btapa indahny mereka..
Seperti jg dirimu, tdk tau betapa indahny dirimu..
Tapi Allah tau betapa istimewanya dirimu dmataNya..

Ketika kau tunduk dalam syari'atNya.
Ridha ats takdirNya, Tsenyum dlm musibah..
Tegar dlm ujian, Teguh dalam pendirian..

Semoga kau tmasuk org2 yg senantiasa dlm lindunganNya.

Nothing Last With You

post by RisTiya_wOo at 10:11:00 AM 0 komentar




Hadirmu,

Tawamu,

kasih sayang yang telah kau berikan,

memberikan warna baru dalam hidupku.

Kau laksana mentari yang bersinar,

dan memberikan sejuta kedamaian dan cinta.

Aku ingin engkau akan terus bersinar mewarnai hidupku.

><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><

Andaikan kau tau,

aku sangat berterimakasih kepadamu.

Aku sayang kamu

seperti aku menyayangi ayah dan ibuku tercinta.

Semoga kamu tidak menyesal mengenalku,

dan kamu bisa terus hadir dikehidupanku

entah sampai kapan,

sampai waktu tak dapat ku hitung kembali dan,

dunia tak ku jamah lagi.
 

사랑 해요 © 2010 Web Design by Ipietoon Blogger Template and Home Design and Decor